Japanese Red Umbrella

add

Friday 25 March 2016

3 FESTIVAL TERBESAR DI SENDAI (仙台三大まつり)

1. Sendai Tanabata Matsuri (仙台七夕まつり)
Tanabata atau Festival Bintang adalah salah satu perayaan yang berkaitan dengan musim di Jepang. Perayaan besar-besaran dilakukan di kota-kota di Jepang, termasuk di antaranya kota Sendai dengan festival Sendai Tanabata. Tanggal festival Tanabata dulunya mengikuti kalender lunisolar yang kira-kira sebulan lebih lambat daripada kalender Gregorian. Sejak kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang, perayaan Tanabata diadakan pada malam tanggal 7 Juli, hari ke-7 bulan ke-7 kalender lunisolar, atau sebulan lebih lambat sekitar tanggal 8 Agustus. Sebagian besar upacara dimulai setelah tengah malam (pukul 1 pagi) di hari ke-7 bulan ke-7. Di wilayah Jepang sebelah timur seperti Hokkaido dan Sendai, perayaan dilakukan sebulan lebih lambat sekitar 8 Agustus. Alasan dan sejak kapan hari ke-7 bulan ke-7 mulai dijadikan hari istimewa tidak diketahui dengan pasti. Literatur tertua yang menceritakan peristiwa di hari tersebut adalah Simin yueling (almanak petani) karya Cui Shi yang menulis tentang tradisi menjemur atau mengangin-anginkan buku di bawah sinar matahari.

Tanabata merupakan sinkretisme dalam tradisi Jepang kuno untuk mendoakan arwah leluhur atas keberhasilan panen dan perayaan Qi Qiao Jie (asal Tiongkok) yang mendoakan kemahiran wanita dalam menenun. Pada awalnya Tanabata merupakan bagian dari perayaan Obon, tapi kemudian dijadikan perayaan terpisah. Dalam perayaan ini, daun bambu (biasa di sebut sasa) digunakan sebagai hiasan dalam perayaan karena dipercaya sebagai tempat tinggal arwah leluhur.



Legenda asli Jepang tentang Tanabatatsume dalam kitab Kojiki mengisahkan seorang pelayan wanita (miko) bernama Tanabatatsume yang harus menenun pakaian untuk dewa di tepi sungai. Hal ini dilakukan agar ia dijadikan istri semalam sang dewa supaya desa terhindar dari bencana. Di zaman Nara, perayaan Tanabata dijadikan salah satu perayaan di istana kaisar yang berhubungan dengan musim. Di dalam kitab antologi puisi waka berjudul Man’yōshū terdapat puisi tentang Tanabata karya Ōtomo no Yakamochi dari zaman Nara. Setelah perayaan Tanabata meluas ke kalangan rakyat biasa di zaman Edo, tema perayaan bergeser dari pekerjaan tenun-menenun menjadi kepandaian anak perempuan dalam berbagai keterampilan sebagai persiapan sebelum menikah.

Festival Tanabata biasanya dimeriahkan dengan tradisi menulis permohonan di atas tanzaku (secarik kertas berwarna-warni). Tradisi ini sudah ada di Jepang sejak zaman Edo. Kertas tanzaku terdiri dari 5 warna (hijau, merah, kuning, putih, dan hitam). Permohonan yang dituliskan pada tanzaku bisa bermacam-macam sesuai dengan keinginan orang yang menulis. Kertas-kertas tanzaku yang berisi berbagai macam permohonan diikatkan di ranting daun bambu membentuk pohon harapan di hari ke-6 bulan ke-7. Orang yang kebetulan tinggal di dekat laut mempunyai tradisi menghanyutkan pohon harapan ke laut sebagai tanda puncak perayaan, tapi kebiasaan ini sekarang makin ditinggalkan orang karena hiasan banyak yang terbuat dari plastik.


Di Jepang, perayaan Tanabata dirayakan secara besar-besaran di berbagai kota, seperti: Sendai, Hiratsuka, Anjo, dan Sagamihara. Perayaan ini dimulai setelah Perang Dunia II dengan maksud untuk menggairahkan ekonomi, terutama di wilayah Jepang bagian utara. Di zaman dulu, Sendai sering berkali-kali dilanda kekurangan pangan akibat kekeringan dan musim dingin yang terlalu dingin. Di kalangan penduduk lahir tradisi menulis permohonan di atas secarik kertas tanzaku untuk meminta dijauhkan dari bencana alam. Date Masamune menggunakan perayaan Tanabata untuk memajukan pendidikan bagi kaum wanita, dan hiasan daun bambu mulai terlihat di rumah tinggal kalangan samurai dan penduduk kota. Di zaman Meiji dan zaman Taisho, perayaan dilangsungkan secara kecil-kecilan hingga akhirnya penyelenggaraan diambil alih oleh pusat perbelanjaan di tahun 1927. Pusat perbelanjaan memasang hiasan Tanabata secara besar-besaran, dan tradisi ini berlanjut hingga sekarang sebagai Sendai Tanabata.

2. Aoba Matsuri(青葉まつり)
 Di saat jaman Edo, sebuat festival untuk kuil Tosho-gu diadakan pada 17 september. dan ini dikenal dengan nama "Sendai Matsuri".

  Kuil Tosho-gu dibangun pada tanggal 17 april, 1654 saat pemimpin kedua klan di Sendai, Masamune Date, Sendai
iringan yang disebut yamaboko saat festival  dilaksanakan dan saat prosesi yamaboko akan diangkut oleh 16 hingga 72 orang yang berparade di jalan-jalan sambil memainkan musik yang berjudul kiyori ondo.

 Pada Era Meiji, tahun 1874, kuil Aoba dibangun di halaman kuil Tosho-ji di kitayama untuk mengenang Masamune Date, sang leluhur pemimpin klan di Sendai, pada tanggal 24 mei, di tahun selanjutnya, sebuah peringatan atas kematiannya, dimulai lah perayaannya, perlahan-lahan orang-orang mulai menyebutnya sebagai "Aoba Matsuri" bukan Sendai Matsuri, dan menjadi hari libur saat bank, kantor-kantor, sekolah-sekolah, kantor pemerintahan tutup untuk merayakan hari tersebut pada tahun 1885, perayaan kematian Masamune Date yang ke-250 tahun dilaksanakan dengan banyak Yamaboko dan Daishi dari berbagai wilayah berkumpul. ratusan pria dan wanita di kokubo-cho turun ke jalan sambil menari  Suzume Odori dengan menggunakan topi dan baju hanten, menari bendera perayaan kuil Aoba, menggunakan bendera Aoba, mereka membuat ulang Suzume Odori dimana yang tercipta saat batu dari dinding istana Aoba-jo diambil.

   Walaupun Aoba Matsuri disebut baru ada sekitar 28 tahun yang lalu, sebenarnya di adakan lagi dengan beberapa pembaruan pada tahun 1985, saat perayaan ke-350 tahun kematian Masamune Date, dan sampai sekarang itu menjadi tontonan yang menarik di Sendai.

3. Sendai Pageant of Starlight(Sendai光のページェント)



      Disaat musim panas di berbagai tempat di sekitar Sendai merayakan Tanabata, maka di musim dingin penduduk Sendai mengadakan yang namanya Pageant of Starlight(Sendai光のページェント). dimulai dari tanggal 1 desember hingga akhir bulan desember jalan-jalan di Sendai akan dipenuhi dengan 600.000 lampu iluminasi yang menerangi setiap sudut jalan-jalan.



0 comments:

Post a Comment